Berdasarkan Situasi Nasional
· Mengorganisir, memobilisasi,
menggerakan dan memimpin perlawanan mereka (baik dalam satu isu khusus/lokal
:kampung, pabrik, desa, kampus hingga isu umum sektoral bahkan isu umum yang
lintas sektor).
· Membentuk wadah-wadah perlawanan massa
permanent.Wadah-wadah permanen ini bila berhasil dijaga dan terus diperbesar
akan menjadi kekuatan pelopor kita untuk menggerakan massa secara lebih besar
lagi.
· Mempercepat pengkaderan (rekruitment).
Ketiga proses diatas dilakukan secara
bersamaan. Sambil kita mengagitasi dan membuat struktur perlawanan.
Prinsip pengorganisiran :
I. Agitasi/Propaganda/Kampanye.
Keberhasilan sebuah aksi yang besar dan
direncanakan akan sangat tergantung (apalagi bagi organisasi yang masih kecil)
dari keberhasilan kerja-kerja agitasi/propaganda/kampanye yang didasarkan pada
tuntutan umum massa yang tidak mau dipenuhi oleh pemerintah (lain halnya dengan
aksi massa besar yang spontan akibat ledakan, yang tidak mungkin diperkirakan).
Keberhasilan dari kerja-kerja ini terlihat dari:
· Terbangunya atmosfir isu-isu atau
tuntutan-tuntutan yang dipropagandakan.
· Kesiapan (dukungan) massa secara luas
untuk terlibat dalam rencana aksi (termasuk menarik aliansi/sekutu/kelompok).
· Kesiapan subjektif organisasi memimpin
aksi ini.
· Reaksi pemerintah.
· (Bila aksinya terbuka) maka tanggal
aksi (serta tempat aksi) juga menjadi popular di massa.
Semua alat-alat propaganda harus selalu
dihubungkan dengan perluasaan propaganda isu yang kita pergunakan untuk aksi.
Jadi setelah disepakati isunya, maka semua terbitan, poster, statement,
diskusi, seminar, selebaran, grafity action (corat-coret) harus dihubungkan
dengan hal diatas.
II. Pengorganisiran
Kerja-kerja propaganda dan agitasi harus
juga sejalan dengan pengorganisiran massa guna persiapan aksi tersebut. Artinya
seluruh pengorganisiran massa harus dipergunakan “nantinya” untuk kekuatan aksi
yang kita selenggarakan.
Secara umum “organiser”aksi ini harus
terwujud secara massal. Dari mulai mengkonsolidasikan basis kita yang sudah
terorganiser hingga perluasaanya. Ini harus menjadi tugas
pekerjaan/pengorganisiran bukan saja bagi kader melainkan setiap massa yang
terlibat aktif dalam rencana aksi. Sejak awal pengorganisiran harus terbangun
jaringan agen/koordinator pengorganisiran (yang akan diperbaiki dalam setiap
perkembangan pengorganisiran). Secara ekstrem dapat dikatakan “setiap hari”
harus ada tambahan jumlah massa yang bisa diajak aktif untuk acara ini (menjadi
organiser). “Setiap hari” harus ada tambahan kontak baru yang mau
mengkonsolidasikan tempatnya (tempat tinggal/kerja) untuk diajak ikut rencana
aksi ini. “Setiap hari” harus ada kontak perluasaan daerah basis yang bisa
diajak dan aktif membangun kekuatan dibasis daerahnya.
· Jumlah basis (yang diorganisir dan
perluasan/kontak), semua laporan perkota dan basis diatas)dilaporkan kembali.
· Laporan kekuatan massa pelopor untuk
memimpin/mendorong massa dalam kota/basis terlibat dalam aksi.
· Laporan distribusi selebaran, poster
dan corat-coret dan distribusinya.
· Kesimpulan dari
respon/tanggapan/usulan massa di seluruh basis yang diorganisir dan massa umum
kaum buruh maupun non buruh.
· Respon penguasa, penduduk setempat,
aparat dan pemerintah.
· Evaluasi pengorganisiran
· Evaluasi struktur
koordinator/agen/mobilisasi hingga perubahannya.
· Rencana kedepan (hingga pertemuan
wilayah).
Rapat Umum (semua koordinator dari
seluruh tingkatan)
Menjelang hari H akan ada pertemuan
besar (seluruh koordinator hingga koordinator terkecil untuk mencek kesiapan
massa).
Taktik Strategi Atas :
Pada saat ini sangat mungkin untuk
mempergunakan strategi atas untuk mendukung dan memaksimalkan kerja-kerja
dibawah. Yang dimaksud strategi atas disini bukan saja persoalan kampanye
(seperti dalam bentuk seminar terbuka) melainkan melakukan seruan aksi nasional
terbuka jauh-jauh hari. Kita tidak akan melakukan ini jika tidak terlihat
kesiapan hasil kerja kawan-kawan di pengorganisiran. Setelah dilihat kesiapan
untuk melakukan mobilisasi umum nasional/wilayah, maka pimpinan pusat/wilayah
akan mengeluarkan seruan terbuka tentang aksi itu. Ini dilakukan juga paling
cepat satu bulan sebelum aksi dilakukan. Setelah ini harus dilakukan dukungan
dari daerah-daerah baik berupa konferensi pers maupun aksi agar terlihat
kebesaran dari rencana aksi nasional. Dukungan juga harus datang dari
organisasi lain : Mahasiswa, LBH, LSM hingga partai-partai dan tokoh-tokoh.
Adanya tanggapan dari pemerintah biasanya akan justru mendorong kampanye kita
(memperluas atmosfir agitasi propaganda kita). Kerja-kerja pengorganisiran di bawah
dapat lebih terdorong lagi. Walaupun kemungkinan represif dan kontra aksi akan
dilakukan aparat keamanan, pengusaha dan pemerintah.
Lain-Lain : Seminar, talk show dll.
Kesiapan kita untuk melakukan mobilisasi
massa umum harus dilakukan sesuai dengan target kita. Cara-cara yang
dipergunakan dalam aliansi/front harus diusahakan semua tuntutan, program dan
taktik kita dapat diterima. Melihat watak kelompok-kelompok massa yang ada.
Aliansi/front akan sangat mungkin terbentuk/terdorong jika kita berhasil
melakukan pra kondisi. Dengan cara mempelopori pra kondisi kita juga dapat
memimpin.
Aksi Pra Kondisi :
Aksi pra kondisi yang dilakukan
dimaksudkan untuk melihat tingkat konsolidasi dan persiapan massa sebelum aksi.
Aksi yang terpenting adalah aksi rally, demo, rapat akbar di satu kawasan/kota.
Jadi aksinya di basis massa. Ini dimaksudkan untuk memaksimalkan kerja
propaganda dan mencek tingkat dukungan massa dan latihan bagi mobilisasi pada
hari H nantinya. Sebelum aksi ini dilakukan terlebih dahulu dilakukan kampanye
baik dalam strategi bawah (pengorganisiran, selebaran) maupun strategi atas :
Konferensi pers atau kalau perlu ada aksi awal dengan mengadakan aksi
mendatangi DPR, Depnaker dll.
Catatan tentang front : Bila front
berhasil terbentuk maka kegiatan yang dilakukan dapat dilakukan atas nama front
termasuk siapa yang menyerukan aksi (nasional) dan dukungan daerah. Tetapi yang
harus diingat kita tetap harus menjalankan program kita dan independen terhadap
taktik kita bila front tidak menyetujui ini menjadi keputusan mengikat.
Seluruh kerja diatas harus dapat
dikontrol secara penuh oleh partai. Kontrol disini bukan saja dimaksudkan untuk
menerima laporan kerja kawan-kawan melainkan juga memberikan arahan secara
regular dan konsisten dan membantu pekerjaan ini secara sistematis. Semua
kerja-kerja di pengorganisiran (pabrik, kota, wilayah) harus dilaporkan secara
rutin hingga kepusat. Hingga jauh-jauh hari sebelum hari H sudah bisa dilihat
kesiapan dan kemungkinan keberhasilan aksi tersebut.
Semua tindakan kerja-kerja
pengorganisiran (dalam setiap pertemuan dan diskusi massa) dilakukan dalam satu
gerak yang sama yaitu:
· Agitasi dan propaganda : agitasi isu,
propaganda untuk bersatu, tuntut ke pemerintah.
· Kondisi basis (tempat kerja/tinggal)
dan massa (untuk menetapkan taktik pengorganisiran) : jumlah massa, geopolitik
basis, isu/tuntutan/persoalan basis.
· Pertemuan berikut di basis-basis yang
lebih kecil.
· Pemilihan koordinator sementara.
· Ada absensi.
· Seruan untuk mengajak kontak dalam
pertemuan massa berikut.
· Kerjaan ini terus dilakukan
berulang-ulang di setiap basis baru hingga menjelang hari H.
Catatan : Bila satu basis telah
terkonsolidasi maka pertemuan-pertemuan massa di basis dapat dihentikan dan
digantikan hanya dengan tugas penyebaran bacaan dan mencari kontak di tempat
lain. Tetapi pertemuan seluruh koordinator dalam satu basis tetap dilakukan.
A. Pertemuan koordinator dibasis yang
paling kecil: pabrik/kampung/desa/kampus :
Laporan (ditulis) :
· Jumlah kumpulan (sesuai dengan
struktur mobilisasi), berapa massa yang hadir dalam kumpulan (dari absensi).
Dari kumpulan yang ada berapa % kemampuan untuk memobilisasi massa di basis
tersebut.
· Jumlah selebaran/poster yang
didistribusikan dan corat-coret yang dilakukan.
· Respon/tanggapan/usulan massa dan
respon penguasa
· Kontak massa lain yang ikut kumpulan.
· Rencana pengorganisiran
berikut/perluasan.
· Evaluasi pengorganisran
· Evaluasi struktur
koordinator/agen/mobilisasi hingga perubahannya
· Rencana ke depan (hingga pertemuan
kota/wilayah terdekat).
· Lain-lain
B. Pertemuan kota/wilayah (pertemuan
koordinator-koordinator basis terkecil) :
Laporan Per kota (ditulis) :
· Geo-politik : jumlah massa, pengalaman
revolusioner massa kota , peta geo-politik kota, lokasi kekuatan massa yang
telah terorganisir, lokasi-lokasi basis strategi (sasaran pengorganisiran),
kondisi masyarakat setempat, aparat, rute-rute jalan, transportasi dll.
· Jumlah basis (yang diorganisir dan
perluasan/kontak): semua laporan basis terkecil dilaporkan kembali.
· Laporan kekuatan massa kepeloporan
untuk memimpin/mendorong seluruh massa dalam satu “kota/lokasi” terlibat.
· Laporan distribusi selebaran, poster
dan corat-coret dan distribusinya.
· Kesimpulan dari respon/tanggapan/usulan
massa di seluruh basis yang diorganisir dan massa umum.
· Respon massa setempat dan aparat.
· Evaluasi pengorganisiran.
· Evaluasi struktur
koordinator/agen/mobilisasi hingga perubahannya.
· Rencana ke depan (hingga pertemuan
wilayah)
C. Pertemuan wilayah (pertemuan
koordinator kota yang bisa diperluas melibatkan koordintor basis).
Laporan wilayah (ditulis) :
· Geo politik wilayah : jumlah massa,
pengalaman revolusioner massa wilyah, peta geo-politik wilayah, lokasi kekuatan
kota-kota yang di organisir, lokasi-lokasi kota strategis (sasaran
pengorganisiran), kondisi masyarakat setempat, penguasa, aparat, rute-rute
jalan, transportasi, dll.
· Jumlah kota yang menjadi basis.
I. Bentuk Agitasi
1. Agitasi-Propaganda tertulis
A. Agitasi dan propaganda
terbuka/umum/massal.
Untuk aksi wilayah maka agitasi lewat
poster biasanya sangat efektif untuk mensosialisasikan tuntutan-tuntutan kita,
untuk membangkitkan atmosfir perlawanan disana. Apalagi ketika basis kita di
wilayah tersebut masih lemah. Penempelan poster harus ditempelkan di
tempat-tempat strategis yaitu tempat berkumpul massa.
B. Agitasi lewat selebaran.
Tanpa selebaran tidak mungkin ribuan,
puluhan ribu massa dapat kita organisir. Karena tidak mungkin kita mengumpulkan
ribuan massa dan membicarakan hal ini, disamping tidak aman juga tidak ada
tempat. Selebaran ini sifatnya bukan saja sebagai alat untuk agitasi dan
propaganda melainkan lewat selebaran ini struktur agen-agen mobilisasi
dibentuk/dibangun. Lewat selebaran ini massa dapat digerakan secara
TERORGANISIR, patuh dan disiplin terhadap seluruh keputusan taktik-taktik yang
kita buat. Massa akhirnya bisa dipimpin lewat selebaran. Biasanya setelah
selebaran kedua maka massa akan mengerti bahwa ia akan dipimpin oleh selebaran.
Jadi pada dasarnya agen selebaran adalah juga agen mobilisasi sama dengan
struktur mobilisasi kita. Selebaran juga berfungsi untuk keamanan rencana aksi.
Lewat selebaran maka pertemuan-pertemuan massa dapat diperkecil. Hanya
agen-agen misalnya.
Catatan : Selebaran tidak hanya
dipergunakan pada pra aksi melainkan juga pada pasca aksi hari pertama atau
untuk menggerakan aksi kembali, memperluas aksi dll.
Di tempat-tempat didistribusikannya
selebaran atau poster penting untuk dikirimkan kawan ke lokasi ini. Tujuannya
untuk menagitasi dan selanjutnya mendapatkan kontak untuk diorganisir.
2. Agitasi-Propaganda Oral
A. Agitasi dan Propaganda lewat
pertemuan/kumpulan
Ini suatu tindakan yang penting adalah
untuk meyakinkan massa dan mengaktifkan mereka dalam rencana kita. Karena
biasanya ada persoalan-persoalan ataupun pertanyaan dari massa akan suatu hal
yang tidak ia dimengerti. Artinya agitasi dan propaganda kita lewat selebaran
harus juga dibarengi dengan agitasi-propaganda lewat pertemuan. Lewat pertemuan
kita bisa menjelaskan tuntutan kita lebih panjang dan bisa diterima massa.
B. Agitasi dari rumah ke rumah
Agitasi –propaganda ini berfungsi untuk
mengajak kontak untuk diyakinkan dan dapat ikut serta dalam pertemuan yang kita
lakukan. Biasanya ini dipergunakan pada tahap awal pengorganisiran atau ketika
ada perluasan ke basis lain dan sifatnya masih kontak.
II. Pembangunan Struktur Agen Mobilisasi
Struktur agen yang kita bentuk
disesuaikan dengan struktur basis massa yang menjadi sasaran aksi . Karena ini
aksi yang sifatnya mobilisasi umum maka struktur yang dibentuk juga bukan hanya
struktur agen di basis lokal melainkan struktur agen berapa
basisi/kota/wilayah. Misalnya dalam satu wilayah maka harus ada struktur antar
kota satu dengan struktur kota lainnya. Sementara di kota tersebut juga ada
struktur antar basis.
Pembangunan agen mobilisasi aksi wilayah
sama dengan pembangunan agen dalam pengorganisiran aksi di satu basis
(pabrik/kampung/desa). Bedanya adalah dalam setiap pertemuam basis, jika kita
punya kontak massa basis lain, maka akan sangat baik kontak kita ini dapat
diikut-sertakan, karena tuntutan kita adalah tuntutan umum seluruh massa. Ini
dilakukan untuk mempercepat perluasan basis-basis massa yang akan menjadi
pelopor untuk menggerakan satu wilayah. Bahkan pada prinsipnya seluruh massa di
satu basis HARUS selalu diingatkan bila punya kontak di basis lain dapat diajak
ikut. Setelah itu kontak ini ditugaskan untuk mengajak kawan-kawannya dan
membuat kumpulan di basisnya sendiri dan mulai membangun struktur di basis
tersebut. Untuk pemilihan terhadap siapa-siapa yang menjadi koordinator maka
pemilihan harus diusahakan dipilih oleh massa sendiri. Karena masalah yang
mengerti siapa yang terbaik dan paling berani, paling militan dan untuk
melakukan ini. Dengan pemilihan ini maka koordinator ini akan menjadi pimpinan
yang akan diakui/dipatuhi oleh mereka. Sambil membangun struktur di satu basis,
juga harus dilakukan pembangunan/pertemuan antar basis dan antar
titik-titik/konsentrasi basis kota yang menjadi sasaran. Walaupun struktur ini
bisa saja bersifat sementara karena mungkin ada pergantian.
Catatan : Setiap koordinator harus
mengetahui bagaimana menghubungi jajaran di bawahnya (koordinator dibawahnya).
Artinya ia harus mengetahui tempat tinggalnya.
III. Peta Lokasi Aksi
Sebelum beregrak harus ada pemetaan
(peta) wilayah. Dimana titik-titik sasaran yang menjadi sasaran aksi kita.
Dimana basis-basis kita, dimana massa basis-basis lain yang tidak kita
organisir akan dapat diseret dalam aksi kita. Dimana letak tujuan aksi kiat,
DPRD, DPR. Depnaker, Istana, dll. Dimana letak markas tentara/polisi yang akan
di mobilisir untuk menghentikan aksi kita. Dimana titik yang akan menjadi
tempat pertemuan utama dari titik-titik pertemuan seluruh massa. Dimana kemungkinan
kita akan dihadang, kemana kita harus mundur, kemana bila kita harus tetap
sampai ke lokasi aksi.
IV. Waktu Aksi
Waktu aksi yang tepat adalah pada saat
massa berkumpul dijalan. Misalnya jam 6.30-7.00 WIB pada saat masuk kerja. Jam
berapa pelopor harus sudah berkumpul dll. Berapa waktu yang dibutuhkan untuk
mengkonsolidasikan massa di titik-titik kumpul, kapan harus titik-titik
tersebut ketemu dan kapan harus segera bergerak keluar.
Hal-hal yang harus diperhatikan:
1. Semua pekerjaan harus bersifat
massal, artinya pekerjaan pengorganisiran, agitasi-propaganda, penempelan
poster, pembagian selebaran harus bersifat massal, termasuk dana. Semua orang
harus menjadi organisator, agitator-propagandis. Bila proses ini tidak menjadi
massal bisa dipastikan sebelum aksi, bahwa kita telah gagal.
2. Harus ada dua tempat : tertutup dan
terbuka.








0 komentar:
Posting Komentar